Minggu, 14 Agustus 2011

Kepemimpinan Rasullullah SAW


Promo Harga Cetak DIGITAL PRINTING

Oleh Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

TIDAK diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang sangat berhasil. Bayangkan, hanya dalam waktu lebih kurang 23 tahun--13 tahun priode Makkah dan 10 tahun priode Madinah--beliau telah berhasil merobah kekufuran menjadi keimanan, kemusyrikan menjadi ketauhidan, kemaksiatan menjadi ketaatan. Dalam masa sesingkat itu Nabi Muhammad SAW telah berhasil merobah masyarakat Arab yang jahiliyah menjadi masyarakat madani yang berperadaban tinggi dan mulia. Di mana rahasia kesuksesan kepemimpinan beliau?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kepemimpinan beliau sangat berhasil:

1. Nabi Muhammad SAW sejak kecil telah memiliki kepribadian yang mulia. Nabi adalah seorang mitsali (teladan) mulai masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan seterusnya sampai akhir hayat beliau. Tidak ada sedikitpun noda hitam dalam kehidupan Nabi, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun bermasyarakat. Sejak muda Nabi sudah dikenal oleh masyarakat Makkah sebagai Al-Amin, orang yang sangat dipercaya. Sifat amanah, ditambah dengan shidiq, tabligh, fathanah, istiqamah, shabar, pemaaf, lapang dada, penyayang dan sifat-sifat mulia lainnya menjadi modal besar bagi beliau dalam memimpin. Allah sendiri memuji Nabi
sebagai seorang yang memiliki akhlaq yang agung. Allah SWT berfirman:

"Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. Al-Qalam 68:4)"

2. Dalam memimpin Nabi selalu dibimbing oleh wahyu, baik wahyu langsung maupun tidak langsung. Secara bertahap selama 22 tahun 2 bulan 22 hari Allah SWT menurunkan firman-Nya berupa ayat-ayat Al-Qur'an, yang berisi perintah, larangan, bimbingan, kisah , sejarah, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Jika ada pertanyaan turun ayat menjawabnya. Jika ada kejadian atau peristiwa turun pula ayat meresponnya. Adakalanya bimbingan hanya diberikan dalam bentuk makna, sedangkan redaksinya datang dari Nabi sendiri. Bagian inilah yang kemudian kita kenal dengan hadits qudsi. Jika tidak ada bimbingan wahyu, Nabi berijtihad sendiri di bawah pengawasan wahyu. Jika ijtihad Nabi salah, wahyu turun meluruskan atau
mengoresksinya.

3. Dalam hal-hal yang bersifat ijtihadiyah, tidak jarang Nabi bermusyawarah dengan para sahabat, paling sering dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khathab. Adakalanya Nabi bermusyawarah dengan Muhajirin dan Anshar, atau dengan perwakilan masing-masing suku baik dari kalangan Anshar maupun Muhajirin. Jika terjadi perbedaan pendapat Nabi menyelesaikannya dengan sangat bijaksana. Semua pendapat dihormati oleh Nabi, sekalipun pada akhirnya bukan pendapat tersebut yang diambil.. Misalnya tentang tawanan perang Badar, terjadi perbedaan pendapat yang tajam antara Abu Bakar dan Umar bin Khathab. Menurut Abu Bakar sebaiknya tawanan perang itu dibebaskan dengan meminta tebusan. Mereka adalah famili dan saudara-saudara kita juga. Bagi yang tidak sanggup membayar tebusan dapat membayarnya dengan jasa mengajarkan membaca dan menulis. Tetapi menurut
Umar, sebaiknya semua tawanan dibunuh karena mereka adalah musuh Allah dan Rasul-Nya. Sebelum memutuskan mengambil pendapat Abu Bakar, Nabi mengatakan bahwa, kalau diibaratkan malaikat, Abu Bakar adalah malaikat Mikail yang menebarkan rahmah. Kalau diibaratkan nabi, Abu Bakar seperti nabi Ibrahim yang pemaaf. Sedangkan Umar, ibarat malaikat Jibril yang bertugas menurunkan azab, dan seperti nabi Nuh yang meminta keada Tuhan jangan biarkan seorang kafirpun tersisa di permukaan bumi. Kedua-duanya sama-sama mulia. Nabi sama sekali tidak menggunakan politik belah bambu, satu diinjak yang satu lagi diangkat. Jika seorang pemimpin tidak mampu mengelola perbedaan pendapat dapat menimbulkan konflik, bahkan perpecahan.

4. Sebagai seorang pemimpin Nabi selalu bersama umat dan merasakan apa yang dirasakan oleh mereka. Jika umat menderita, beliau lebih merasakan lagi penderitaan itu. Nabi sangat ingin umatnya sejahtera dan bahagia. Beliau pengasih dan penyayang terhadap umatnya. Sekalipun umatnya berbuat salah, Nabi tetap bersikap lemah lembut dan tidak kasar. Allah SWT menjelaskan sifat Nabi tersebut dalam firman- Nya.

"Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.(Q.S. At-Taubah 9:128)"
  
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali Imran 3:159)"


5. Dalam memimpin, Nabi tidak hanya mengarahkan dan membimbing dari balik meja, tetapi juga terjun langsung ke lapangan. Baik dengan bimbingan wahyu, atau dengan berijtihad dan bermusyawarah dengan para sahabat. Nabi mengatur strategi dan taktik perjuangan, baik dalam peperangan maupun perdamaian. Kita dapat membaca dalam buku-buku fiqh sirah, bagaimana strategi dakwah Nabi pada priode Makkah dan Madinah. Pada masa-masa awal Nabi menempuh strategi merahasiakan semuanya, baik amal maupun pengorganisasian. Setelah itu masuk priode beramal secara terbuka, tetapi tetap merahasiakan organisasi, sampai akhirnya datang priode dakwah secara terbuka. Ada priode menahan diri dengan tabah menghadapi tekanan dan siksaan dari musuh, tidak seorang pun dibolehkan melawan. Tetapi ada priode diizinka perang dan konfrontasi terbuka.

6. Sebagai pemimpin kata-kata Nabi sangat didengar, karena beliau seorang yang konsisten. Tidak ada beda antara kata dan perbuatan. Sebelum mengajarkan sesuatu, Nabi melakukannya lebih dahulu. Ada kalanya Nabi tidak berbicara dengan kata-kata, tetapi dengan perbuatan dan keteladanan. Nabi disiplin dan adil dalam menegakkan hukum, tanpa pandang bulu. Tatkala Usamah bin Zaid diutus oleh beberapa orang pemuka Quraisy untuk memintakan keringanan hukum bagi seorang perempuan Quraisy yang terbukti mencuri dan harus dipotong tangannya, tapi dengan tegas menolaknya. Bahkan beliau menegaskan jangankan perempuan itu, andaikata Fatimah binti Muhammad yang mencuri, Nabi akan tetap potong tangannya. Tetapi jika kesalahan-kesalahan yang dilakukan umatnya menyangkut diri beliau pribadi, Nabi
lebih suka memaafkan.

7. Menurut Afzalur Rahman 2002:73-97) Nabi Muhammad SAW memiliki banyak kualitas besar yang membuatnya disayang dan menjadi idola baga para pengikutnya. Beliau sangat baik hati, lemah lembut, sederhana dan mencintai serta memikat hati orang-orang yang telah siap mengorbankan semua milik mereka untuk beliau. Di atas semua itu:

a. Nabi gagah dan berani. Beliau menghadapi sejumlah bahaya dan bencana pada satu waktu, tetapi tidak pernah memperlihatkan suatu kelemahan atau sifat penakut. Beliau bertempur di banyak pertempuran besar, bahkan di bawah serangan hebat, tetapi beliau tidak pernah bergerak satu inci pun dari tempatnya. Beliau selalu berada paling dekat dengan perbatasan musuh ketika perang telah merajalela. Beliau tetap mantap dan bertemur dalam posisinya sendiri, sementara yang lain lari. Hal itu terlihat misalnya dalam perang Uhud dan Hunain, ketika banyak para sahabat telah melarikan diri dari medan tempur, namun beliau tetap dalam posisinya, bertempur dan menyeru orang-orang lain agar kembali. Inilah keteguhan hati dan keberanian yang telah menyelamatkan situasi atas kedua peristiwa tersebut.

b. Nabi memiliki kontorol diri yang penuh atas dirinya sendiri di bawah segala situasi dalam damai dan perang. Di Makkah, beliau menderita di tangan para peguasa suku Quraisy selama 13 tahun dan menanggung semua kekerasan dan penderitaan dengan kegigihan yang sabar dan tidak pernah kehilangan wataknya. Di Madinah beliau menghadapi situasi perang yang berbeda, tetapi menghadapi mereka semua dengan tenang, penuh percaya diri da tidak pernah panik.

c. Nabi melewati hingga selesai satu riode dari pederitaan dan kekerasan di Makkah tetapi menerimanya dengan ketekunan yang sabar da tidak pernah menggerutu atau mengeluhkanya. Beliau selalu memperlakukan lawannya dengan tingkah laku yang terbaik. Untuk membesarkan hati Nabi dalam waktu-waktu sulit Al-Qur'an memberikan kepada beliau contoh-contoh dari para Rasul sebelumnya. "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasulrasul yang telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka... (Q.S. Al-Ahqaf 46:35)

d. Nabi telah menuntut perlakuan jujur kepada semua dan membenci perbedaanperbedaan di antara manusia. Ketika masjid pertama dibangun di Madinah, beliau bekerja seperti ekerja biasa bersama para sahabatnya. Dalam perang Ahzab, beliau bersama-sama secara sepadan dalam penggalian parit dengan sahabat-sahabatnya dan membawa semacam mangkok besari dari tana di atas bahunya. Beliau selalu memperlakukan orang-orang dengan keadilan dan kejujuran yang absolut.

e. Nabi memiliki suatu kepribadian yang menarik yang semua sahabatnya lebih mencintainya daripada sesuatu apa pun lainnya di dunia ini. Beliau telah diberkati dengan penamilan yang menarik setiap orang dan setiap orang menghormati serta mematuhinya.

Demikianlah sebagian rahasia kesuksesan Nabi jadi pemimpin yang dapat diungkap dalam tulisan singkat ini. Tentu lebih banyak lagi sifat-sifat mulia dari kepemimpinan beliau yang belum diungkapkan. Beberapa bagian akan kita uraikan secara khusus seperti musyawarah, menegakkan keadilan, sifat shidiq, amanah dan istiqamah dan juga tentang amar ma'ruf nahi munkar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sponsor